x

Jateng Genjot Energi Terbarukan, Pemuda dan Desa Aktif Dilibatkan

3 minutes reading
Saturday, 3 May 2025 23:55 0 22 pemalinews@gmail.com

SEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mempercepat penggunaan energi baru terbarukan (EBT). Sampai akhir tahun 2024, bauran energi terbarukan di Jateng sudah mencapai 18,58 persen. Targetnya adalah 21,32 persen pada 2025.

Untuk mencapai target itu, pemerintah melibatkan banyak pihak. Mulai dari perusahaan, anak muda, hingga pemerintah desa. Semua diajak ikut menggunakan energi ramah lingkungan.

Salah satu upaya tersebut tampak dalam kegiatan “Central Java Youth Sustainability Forum 2025” yang digelar di Legacy Hall Semarang, Sabtu (3/5/2025). Sebanyak 350 peserta hadir untuk belajar dan berdiskusi soal energi terbarukan.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko, menyebut forum ini sebagai cara untuk membangun kesadaran masyarakat, terutama anak muda dan pemerintah desa.

“Ini adalah cara kita mengubah pola pikir. Energi baru terbarukan itu penting dan dibutuhkan semua orang,” kata Sujarwanto seusai acara.

Ia juga mengatakan banyak sektor industri di Jateng yang mulai memakai panel surya. Selain karena tuntutan pasar, juga karena pabrik panel surya kini sudah ada di Kendal dan Demak, sehingga lebih mudah diakses.

Kepala Dinas ESDM Jateng, Boedyo Dharmawan, menjelaskan bahwa kegiatan ini juga bagian dari langkah menuju Indonesia Net Zero Emission tahun 2060. Ia menekankan pentingnya sosialisasi yang luas ke masyarakat.

“Transisi energi harus menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Kita ingin membentuk perilaku baru yang lebih peduli lingkungan, terutama lewat anak muda yang bisa menjadi motor perubahan,” jelas Boedyo.

Selain diskusi, forum ini juga jadi ajang apresiasi bagi desa dan lembaga yang sudah memanfaatkan energi terbarukan. Tiga desa mendapat penghargaan sebagai Desa Mandiri Energi. Yaitu Desa Karangpakis di Cilacap dan Desa Genengsari di Sukoharjo (keduanya memanfaatkan biogas), serta Desa Polosiri di Kabupaten Semarang (dengan pembangkit mikrohidro).

Pemerintah juga memberikan penghargaan kepada sekolah dan perusahaan yang menerapkan praktik ramah lingkungan. Misalnya SMAN 8 Semarang untuk kategori sekolah hemat air, serta PT Industri Jamu dan Farmasi.

Data Dinas ESDM Jateng menunjukkan infrastruktur EBT di provinsi ini terus berkembang. Hingga akhir 2024, sudah ada pembangkit listrik mikro hidro 6 megawatt, mini hidro 31 megawatt, tenaga air 322 megawatt, dan tenaga surya 46 megawatt.

Ada juga pemanfaatan biogas dengan kapasitas 40.000 meter kubik, pembangkit tenaga sampah (PLTSa) 5 megawatt, dan panas bumi 60 megawatt. Untuk kendaraan listrik, sudah ada 13.778 unit di seluruh Jateng, didukung oleh 247 SPKLU (stasiun pengisian kendaraan listrik umum).

Kasi Kesejahteraan Desa Karangpakis, Risman, menceritakan bagaimana biogas membawa banyak manfaat bagi warganya. Ia mengatakan 36 keluarga di desanya kini memakai gas dari kotoran sapi untuk kebutuhan sehari-hari.

“Gas dipakai untuk masak, pupuk, juga penerangan. Kalau dulu warga bisa habis 2 sampai 3 tabung gas sebulan, sekarang cukup bayar iuran Rp20 ribu. Selain hemat, lingkungan jadi lebih bersih, bau kotoran sapi juga sudah nggak ada,” kata Risman.

Cerita dari Desa Karangpakis menjadi contoh bahwa energi bersih bisa diterapkan secara nyata dan berdampak langsung ke masyarakat. Pemerintah berharap semakin banyak desa mengikuti langkah serupa.

Dengan dukungan semua pihak, Jawa Tengah optimis mencapai target energi bersih. Kuncinya adalah kerja sama dan kesadaran bersama untuk menjaga lingkungan.

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments

No comments to show.
x

You cannot copy content of this page